Dalam kajian ilmu komunikasi, marah adalah salah satu bentuk dari
komunikasi seseorang. Ketika seseorang sedang marah, berarti dia sedang
berupaya menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya.
Bentuk
penyampaiannya berbeda-beda, bergantung pada lingkungan dan kondisi
social budaya yang membentuknya. Misalnya di jepang, orang sering marah
saat diam karena orang-orang Jepang tidak terbiasa mengekspresikan
kemarahannya
.
Menurut kacamata
psikologi, marah adalah bagian dari emosi. Diantara sekian banyak emosi,
marah dikategorikan sebagai marah yang negative, oleh karena itu, marah
harus dikendalikan jika kemarahan tersebut dapat merugikan orang lain
dan lingkungan sekitarnya.
Namun, tidak selamanya amarah dapat
merugikan orang lain karena ada saat-saat dimana kemarahan perlu
diekspresikan lewat prilaku. Sebab, adakalanya seseorang yang kita ajak
bicara baru mengerti maksud yang ingin kita sampaikan ketika kita marah.
Tanpa marah, orang lain malah menganggap kita main-main atau tidak
serius.
Begitu juga dengan anda. Jika marah kepada istri dan
anak-anak bertujuan untuk menasehati, kemarahan tersebut diperbolehkan,
dengan catatan tidak melukai fisik dan psikis mereka, namun jika
kemarahan tersebut karena jengkel kepada mereka, apalagi sempat melukai
fisik maupun psikis mereka, marah yang seperti ini yang dilarang dalam
Islam, dan kita harus berusaha mengendalikannya.
Dalam hal ini, Islam telah memberikan arahan kepada kita untuk mampu mengendalikan amarah dengan cara-cara berikut ini:
Pertama, membaca ta’awudz ketika marah.
Rasulullah
pernah mengajarkannya kepada dua orang sahabat yang saling mencaci
dengan mengatakan, “Sesungguhnya aku akan ajarkan kalian suatu kalimat
yang kalau diucapkan akan hilanglah kemarahan kalian, yaitu bacaan
A’uudzubilaahi minasysyaithaanirrajiim. “ (H.R Bukhari)
Kedua, mengubah posisi ketika marah.
Jika
posisi kita saat kemarahan itu datang adalah berdiri, dianjurkan untuk
duduk. Namun ketika posisi marah kita sedang duduk, dianjurkan untuk
berbaring. Rasulullah saw bersabda, “Apabila salah seorang di antara
kalian marah, sedangkan dia dalam posisi berdiri, hendakhlah dia duduk.
Kalau telah reda atau hilang marahnya (maka cukup dengan duduk saja),
dan jika belum reda, hendaklah dia berbaring” (H.R Abu Daud)
Ketiga, diam atau tidak berbicara,
Rasulullah saw bersabda, “Apabila diantara kalian marah, amak diamlah” (H.R Ahmad).
Keempat, berwudhulah.
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan
itu diciptakan dari api, dan api itu bia padam jika diredam dengan air,
maka apabila di antara kalian marah, berwudhulah” (H.R Ahmad)
Kelima, lakukan shalat.
Jika
keempat langkah tadi belum mampu meredakan amarah, ambillah langkah
pamungkas, yaitu dengan melaksanakan shalat dua rakaat.
Insya
Allah dengan shalat kita akan mampu meredakan amarah, sebagaimana
disabdakan oleh Rasulullah saw., “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu
bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua
matanya dan tegangnya urat darah di lehernya?Maka barangsiapa yang
mendapatkan hal itu (amarah), maka hendaklah dia bersujud (shalat)” (H.R
Tirmidzi)
Itulah lima jurus untuk mengendalikan amarah. Mudah-mudahan lima jurus tersebut dapat kita amalkan setiap kali kemarahan merasuki jiwa k
0 komentar:
Post a Comment